Senin, 20 Februari 2012

Mencintai Karena Allah

MENCINTAI KARENA ALLAH
Oleh Zahirin Al-Ama

            Suatu ketika Rasulullah Saw pulang kemalaman. Sehabis pergi berdakwah. Mengisi ceramah dari satu tempat ke tempat lain. Lantaran karena hari sudah larut malam, Rasulullah Saw urung mengetok pintu buat membangunkan Aisyah Ra. Walau ia berstatus kepala keluarga, pemimpin di rumah tangganya. Ia tidak egois. Ia tidak menyalahkan Aisyah. Bahkan Beliau lah yang merasa bersalah. Ia sangat segan mengganggu tidur Aisyah. Selanjutnya Beliau mengambil posisi tidur di atas balai panjang di depan rumahnya. Kala shubuh menjelang. Aisyah terbangun. Kemudian berjalan ke pintu depan dan membukanya. Betapa terkejut Aisyah. Ia mendapati Rasulullah sudah duduk di atas balai depan rumah mereka, menyambutnya dengan senyum. Aisyah menyesal karena telah tertidur sebelum Rasulullah pulang.
            “Wahai, sang nabi teladan umat, suamiku tercinta, maafkan aku, aku mengaku bersalah karena tertidur hingga aku tidak  membukakan pintu untukmu malam tadi.”
            “Ya Humairoh, aku lah yang seharusnya meminta maaf. Pulang larut malam. Aku lihat pintu telah terkunci. Aku segan mengganggu tidurmu. Jadi akulah yang memilih tidur di sini.”
            Sungguh terenyuh dan terharu Siti Aisyah. Ia tak kuasa menitikkan air mata. Orang yang sangat ia cintai begitu mulia akhlaknya.
            Itu adalah sekelumit kisah cinta sang idola, nabi dan rasul kita Muhammad Saw kepada istrinya Siti Aisyah Ra. Dari kisah ini dapat kita ambil pelajaran, bahwa saling pengertian di antara pasangan adalah kunci harmonisnya rumah tangga. Rasulullah juga mengajarkan kepada kita sebaegai ummatnya bahwa cintailah segala sesuatu karena Allah semata. Cintailah seseorang yang membuat kita semakin dekat/ taqarrub ilallah. Bukan seorang yang makin menjauhkan kita dari Nya.
Maha suci Allah yang telah menciptakan segala sesuatu di alam semesta ini berpasang-pasangan. Sempurna, seimbang, dan sungguh menakjubkan. Untuk menggabungkan kedua pasangan ini Allah telah memberi naluri yang dinamakan dengan “Cinta”.
            Cinta, kata yang mempesona, ungkapan yang memikat, menawan hati, dan menghipnotis jiwa. Cinta adalah sebuah kata yang tidak habis diselami sedalam samudra, setinggi berlapis-lapis langit. Cinta adalah fitrah yang dimiliki manusia. Selama alam terbentang, selama itu pula cinta akan tetap ada. Cinta layaknya dua sisi kepingan mata uang logam. Sisi yang satu berilustrasikan kebahagiaan dan sisi yang lain bergambarkan kebinasaan.
            Hidup ini adalah pilihan, tergantung kepada para pendamba cinta yang menentukan bagian sisi mana yang akan senantiasa timbul dan berada di posisi atas. Cinta yang dilabuhkan kepada Allah dan Rasul-Nya akan menghadirkan kebahagiaan hakiki yang menaungi hati semua insan. Sedangkan cinta yang ditambatkan pada setan la’natullah dan hawa nafsu, alih-alih akan menjadi impor kebahagiaan, bahkan cinta model ini akan menjadi produsen lahirnya produk kebinasaan yang akan membuat pekat kehidupan.
            Seorang perempuan yang perasaannya digelitik jari-jemari cinta ibarat tanah yang belum dibajak. Bila bukan tanaman dan buah-buahan yang tumbuh padanya, maka serangga dan hama tanamanlah yang akan menguasainya.
            Pernikahan termasuk karunia Allah yang terbesar pada hamba-hambanya. Yakni sebagai jalan untuk menjaga diri, menggapai kebahagian dan meraih keridhoan Allah Swt. Allah berfirman dalam Al-Qur’an Surah Ar-Rum yang Artinya; dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih sayang.

Hati adalah sumber kebahagiaan. Sungguh gubuk reot yang di dalamnya wanita bisa tertawa itu lebih indah dibanding istana yang ia menangis di dalamnya
            Wanita bahagia adalah yang mendapatkan seorang suami yang dicintainya dan ia pun mencintainya. Sebaik-baik yang diperoleh laki-laki setelah ketaqwaannya kepada Allah adalah wanita yang cantik hatinya. Wanita yang setia yang bias menjaga diri dan bisa menyayangi.
            Seorang pujangga yang bernama Jalaluddin Ar-Rumi, pernah mengatakan, “Wahai pengembara yang telah mengelilingi dunia, kedua matanya telah menyaksikan tanah tersubur penuh bunga-bunga dan memandang kebun-kebun penuh mawar merekah! Demi Allah, katakana kepadaku negeri manakah yang anda lihat paling indah? Wahai wanita jelita, maukah aku tunjukkan kepada anda sebuah negeri yang keindahannya melebihi segala keindahan dan panoramanya menghapus semua panorama?! Demikian itu wahai jelita, tempat di mana para kekasih berdiam. Tanah paling subur adalah tanah yang anda pijak, yakni tanah sang kekasih”.
            Dalam lirik lagu album nasyid The Fikr feat KH Abdullah Gymnastiar tertulis, “Perhiasan yang paling indah, itulah dia wanita sholehah.” Wanita sholehah adalah perhiasan yang paling indah tiada banding baik di dunia maupun di akhirat.

EMBUN PENYEJUK HATI
Padang, 06 Februari 2011

Kado Pernikahan Untuk Sahabat. Selamat menempuh hidup baru Rahmadil dan Lisa, semoga menjadi keluarga yang sakinah, mawaddah, warahmah dan selalu dalam ridho Allah SWT.
  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar