Senin, 20 Februari 2012

Adzkia Berduka

ADZKIA BERDUKA
Kepergian Sang Ustadzah Teladan, Naini, S.Ag



Hari Rabu (27/10) Itulah hari terakhir saya melihatnya. Pagi, sekitar pukul 09.35 Wib di mushalla Ar-Rahmah, saat jam pelajaran kedua menjelang istirahat snack. Ia duduk bersimpuh di dekat pintu mushalla yang menghadap ke jalan raya. Memegang beberapa lembar kartu berwarna kuning di tangannya. Ia mengamati-amati kami yang sedang melaksanakan proses belajar mengajar. Mengamati anak-anak yang ramai. Ada yang sedang bertadarus membaca al-Qur’an, ada juga yang pekerjaannya mengobrol-obrol saja, sedang sebagian yang lainnya mengisengi teman yang lain lagi, bahkan ada juga yang berlari-lari.
Saat itu saya tidak sendiri, di sana ada ust Arlie yang melatih olahraga anak kelas satu. Di samping kanan saya ada ust Ardi yang sedang menyimak tadarus anak-anak bimbingannya. Sedang saya sendiri duduk dikelilingi anak-anak bimbingan Al-Qur’an kelompok saya. Mengetahui hadirnya Ustadzah Naini di samping anak-anak yang sedang membaca Al-Qur’an, saya berpikir bahwa kali ini mungkin ia sedang mensupervisi guru. Saya pun merasa yakin kalau kali ini saya tengah disupervisi secara mendadak. Atau istilahnya supervisi yang tidak terjadwal. Karena sudah beberapa bulan di semester ganjil ini saya belum pernah di supervisi, baik oleh waka kurikulum atau dari korbid Al-Qur’an. Untuk itu saya bersiap-siap mengajar maksimal.
Namun dugaan saya meleset. Ia pergi sebelum jam pelajaran habis. Ia tidak mensupervisi. Ia juga tidak berbicara satu patah kata pun. Selama ia duduk di dekat pintu, ia hanya mengamati-amati anak-anak yang sedang belajar dalam diam. Saya tidak menyangka bahwa hari itu adalah hari terakhir ia melihat anak-anaknya, teman guru-guru di sekolah dan anggota liqo’ bimbingannya.
Rabu sore (27/10) sekitar pukul 16.00 Wib, Ustadzah Naini menghembuskan nafas terakhir dalam perjalanan menjelang YARSI Ibnu Siena Padang. Kabar meninggalnya beredar sangat cepat melalui telepon dan SMS. Kepada pihak keluarga, sanak famili, karib kerabat, handai taulan, tetangga dekat-tetangga jauh, orang tua wali murid, komite serta teman-teman seperjuangan, anak-anak didik, dan orang-orang yang kenal dengannya selama hidupnya.
Semua terkejut. Kejadiannya begitu cepat. Banyak yang tidak percaya sehingga mereka bertanya-tanya lebih dari satu kali pada orang yang berbeda buat memastikannya. Banyak pula yang menganggap bahwa ini hanyalah mimpi, bukan sebenarnya namun air mata mereka akhirnya tetap merembes jatuh. Orang-orang merasa sangat kehilangan seorang sosok Ustadzah Naini, karena pada hari itu tidak ada tanda-tanda ia seperti sakit parah, melainkan ia justru terlihat sehat seperti hari-hari biasanya, namun siapa yang menyangka kalau hari itu Allah sedang menunjukkan kuasanya, mengambil nyawanya di saat orang-orang yang dekat dengannya begitu akrab.
Satu persatu para pelayat berkunjung datang ke RS Ibnu Siena Padang untuk melihat langsung. Pihak keluarga, sanak famili, handai taulan, karib kerabat, anak-anak didik, orang tua wali murid, komite sekolah, teman-teman seperjuangan dan orang-orang yang dekat dengannya semasa hidup. Dalam sekejap saja ruang UGD sudah penuh sesak oleh pelayat hingga tumpah ruah ke lapangan parkir.
Sore menjelang magrib. Jenazah dibawa ke masjid Ar-Rahman Adzkia untuk diselenggarakan. Sirine dari mobil ambulance Rumah Zakat Indonesia yang diiringi oleh para pelayat meluncur menuju Adzkia menempuh jalan Ampang yang kecil dan sedikit macet. Di masjid Ar-Rahman ini jenazah dimandikan, dikafani dan disholatkan sebelum diberangkatkan ke Nagari Guguak Kota Bukittinggi untuk dimakamkan di tempat peristirahatannya yang terakhir.
Adzkia berkabung, kepala sekolah langsung menginstruksikan bahwa Kamis besoknya (28/10) khusus siswa SDIT Adzkia diliburkan. Informasi darurat bersifat mendadak disampaikan pada orang tua wali murid melalui SMS atau telepon langsung, disamping itu informasi juga dituliskan di kertas karton atau diketik komputer di beberapa pintu gerbang masuk sekolah.
Seluruh guru-guru, karyawan SDIT, beberapa staff dari yayasan dan beberapa juga orang tua wali murid Adzkia Kamis paginya meluncur ke Bukittinggi dengan menumpangi empat bus sekolah. Bertakziah hingga mengantarkan almarhumah ke tempat peristirahatan yang abadi. Selamat jalan ustadzah Naini, terimakasih tiada terhingga atas jasa-jasamu selama hidup di dunia, semoga Allah Swt menempatkanmu di syurganya amiin.
                                                           
Suasana di pemakaman Nagari Guguak Bukittinggi

Embun Penyejuk Hati
Zahirin Al-Ama
Padang, 29 Oktober 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar