Senin, 20 Februari 2012

Cerpen

TELEPON MISTERIUS
Cerpen ZAHIRIN

            Handphone berdering memecah sunyi. Nada Hanya Ingin Kau Tahu terdengar nyaring bercampur getar. Pagi-pagi sekali. Sebelum mentari menyeruak senyum lewat ventilasi dan jendela. Dan dingin malam merambatkan embun di luar.
            Susi tertidur dalam posisi telungkup, menyilang badan di atas sofa, beralas bantal guling di bagian perut. Dengan mata masih terpejam, tangan meraba-raba mencari hp di sekitar pembaringan, malamnya ia taruh dekat telinga, agar ia dengar jelas alarm untuk jaga paginya. Posisi tidur yang beralih saat lelap malamnya. Buat ia berkali-kali usaha mendapatkan benda itu. Tak lama. Ia temukan itu dekat lutut bagian kanan. Ia tekan tombol penjawab. Lalu setengah sadar menyahut halo. Suara berat serak tertahan.
            ”Hai pemalas! bangunlah, bersiap-siap menghadap tuhanmu!” suara dari seberang sana
            Susi terkesiap kaget, ”Hei...!” suara tut tut dari speaker hp membuat ia terhenti berucap sampai disitu, ”sialan ni orang, pagi-pagi udah ganggu, kayak kurang pekerjaan aja, emangnya siapa dia, sok ngatur-ngatur saya” menggerutu seraya menghempaskan hp depannya. Kemudian kembali baring berselonjor badan sembari memeluk bantal guling. Melanjutkan tidur buat beberapa saat lagi menjelang cahaya pagi menyapa matanya.
            Bias cahaya pagi perlahan mengganti kelam. Pagi ini Susi telah siap hendak ke sekolah. Saat beberapa meter berjalan dari pintu rumah, ia teringat akan orang yang menelpon shubuhnya. Hp Nokia 3310 ia keluarkan dari saku tas. Banyak nomor tak dikenal, nomor misterius shubuh tadi adalah yang kesekian kalinya. Ia lihat di layar ponsel. Lalu dihapusnya.
*          *          *
            Siang terik memanggang kulit. Saat ini jam istirahat. Siswa-siswi SMA 14 bertebaran di taman, kantin dan di teras sekolah. Susi dengan teman-temannya di sela-sela halaman depan teras. Hp kembali berdering, di lihat, nomor tak dikenal, sepertinya orang yang menelepon Shubuh pagi. ini waktunya, gumamnya. ”Hei, siapa sih lo? ganggu gue aja”
            ”Segera bersujud sebelum tuhanmu murka” setelah kata-kata itu, hubungan terputus tiba-tiba
            ”Iy...!” jerit jengkel, raut wajah merah padam mengernyit, juntaian bibir berselonjor, betapa kesalnya ia. Lalu ia balik menghubungi. Hanya pesan dari operator yang ia dengar. ”Nggak aktif, sialan... sialan...!, apa sih maunya?”
            ”Jangan-jangan ia naksir ama lo” menyahuti salah seorang teman di sampingnya, diikuti tawa yang lain.
            ”Naksir?! Amit-amit!”
            Setelah kejadian Shubuh itu, dalam seminggu ini setiap lima waktu sholat ia dapatkan telpon misterius itu. Ia tak kenal. Dan semakin kejengkelannya bertambah-tambah. Tetap di seberang sana tidak menghiraukan.
            Dilain waktu, ia dapatkan telpon sesaat ia hendak beranjak dari rumah, rencana kemaren, hari ini ia hendak ke pantai bersama ketiga temannya, Lira, Sari, dan Lusi. Dalam telpon itu, sebuah saran agar ia memakai busana penutup aurat, berjilbab sebelum bepergian. Ia tahu kalau saya hendak pergi, dan ia juga tahu kalau saya sekarang hanya mengenakan baju ketat singkat, serta bercelana levis pendek hingga setengah betis, jangan-jangan ia juga tahu kalau saya tengah mandi, tidur, dan berganti pakaian. Apakah ia manusia, gumamnya menebak-nebak, jangan-jangan malaikat? Ia merasa bulu kuduk telah beridiri
            Di pantai, di bawah rindang pohon kelapa, sambil minum jus kelapa muda ia beberkan kejadian tadi. Mereka yang tak ambil peduli kemaren-kemarennya, turut merasa penasaran. Coba saja lo sms, mana tahu ada balasan, saran Lusi, dalam telpon aja gue nggak diacuhkan, apalagi sms. Gerah di sana, mereka lanjut jalan-jalan menyusuri bibir pantai, ombak kecil menghempas membasahi kaki. Sesekali saling siram. Yang terkena ganti membalas, jengkel senang membaur dalam lonjak-lonjak kegirangan.
            Tiba di rumah jam 12.01 Wib, ia dapati emak sedang memasak di dapur, asap dari tungku membumbung keluar dari celah-celah dinding bambu anyaman. Melihat emak, ia segera mendekat membantu.
            ”Nanti setelah Zuhur, kau antar rantang ke sawah” pinta emak
            Susi mengangguk-angguk mengiyakan ”tapi kasih uang ya mak, untuk isi pulsa” pintanya pula
            ”Kau ini minta upah terus, mak mana ada uang sekarang, tahulah, uang yang ada hanya cukup buat ongkos kau sekolah, belum lagi buat belanja ke balai besok”
            ”Ah, emak! Cuma 20.000-an mak”
            ”Ndak bisa” mengotot emak
            “Emak payah!”.
            Menjelang Zuhur hp-nya tiada berdering seperti sudah-sudah. Kembali ia heran. Kenapa kali ini ia tidak menghubungi? Apakah ia telah bosan? Entahlah, namun tidak adanya lagi gangguan itu, membuatnya mulai terasa nyaman. Namun terbesit juga dipikiran, bagaimana kalau waktu ashar, magrib dan seterusnya ia hubungi kembali?.
            Ternyata kekhawatiran itu tidak terbukti. Nyatanya Ashar sore itu hp-nya tetap tak berdering. Magrib pun demikian. Kejadian ini berlanjut seminggu lamanya. Ia yang semula benci, akhirnya merasa butuh. Ia berharap, si misterius itu mau menghubungi lagi, tapi tiada pernah terkabul kehendaknya.
            Beberapa minggu setelahnya. Ia rasakan gelisah panjang selalu menyelinap di hatinya, mungkinkah karena ia tiada laksanakan pesan dari misterius itu. jangankan dari dia, dari bapak dan emak saja sebagai orang tua tidak ia hiraukan. Namun terbesit juga ia hendak laksanakan sholat, walaupun kepala berat bak batu diikatkan tali disekelilingnya. sudah berminggu setelah itu ia tiada lagi meninggalkan sholat lima waktu. Si misterius itu hingga kini belum juga menghubunginya. Kalau nanti ia menghubungi, ia akan meminta sesuatu. Kini ia hanya bisa menunggu.     
Akhirnya Hp berdering juga seusai ia melaksanakan sholat, ia girang betul,
            ”Terimakasih ya, saya sekarang udah laksanakan sholat, tapi saya butuh kamu sekarang, kamu bisa bantu nggak?”          
            ”Baik saya akan bantu kamu, apa pintamu?”
            ”Isiin pulsa dong, 20.000 aja,” rengeknya manja ”jangankan sholat setiap waktu dan pakain jilbab, jadi pacarmu saya juga mau, please...!”
            Tut, tut, tut! Hubungan terputus. Susi bingung sekaligus heran, ia ingat-ingat, apakah kata-katanya tadi salah, wah, gawat ni. Ia berpikir keras. Tak lama setelahnya. Nada tit, tit, berdering pertanda sms masuk. Di buka pesan:
            Terimakasih telah melakukan isi ulang, sisa pulsa anda sekarang Rp. 50.530 dan akan aktif sampai 22 Februari 2008. untuk cek pulsa silahkan tekan *888#.
            Dilanjutnya segera menekan tombol, ternyata benar, di sana terpampang jumlah yang dimaksud.
            Saat ini juga ia hendak menghubungi pengirim pulsa misterius itu.   bersamaan dengan itu pintu depan diketok-ketok, ia berjalan menuju pintu dengan hp masih tergenggam tangan dekat telinga
            ”Halo!” sahutnya seraya membuka pintu
            ”Halo juga, udah masuk pulsanya ya?!” wajah mereka saling berhadapan, tahulah ia si misterius itu. Ia beranjak tersipu malu menuju dapur. ”Emak..., emak...! abang Dasir mak...!, abang Dasir datang dari Jakarta...!”

Padang, 22 Januari 2008
Embun Penyejuk Hati

Nama               : Zahirin
TTL                 : 07 Agustus 1984/ Bangko-Jambi
Agama             : Islam
Alamat                        : Jl.Ampera No 13 RT 04/ RW I Kel. Bandar Buat, Kota Padang.
Lulusan           : Jurusan Bahasa dan Sastra Inggris Fakultas Ilmu Budaya IAIN Imam                                 Bonjol Padang


Tidak ada komentar:

Posting Komentar