MENDIDIK DENGAN CINTA
(Sebuah Implementasi Pendidikan Berkarakter)
Oleh Zahirin, SS
Juara 1 lomba Menulis antar Guru SDIT Adzkia
Mendidik adalah pekerjaan mulia. Disamping mengajar atau mentransfer ilmu kepada murid, mendidik juga memiliki nilai lebih, yaitu; membimbing, mengarahkan dan mengaplikasikan ilmu teori yang didapat oleh anak didik dengan kehidupan nyata. Di sinilah peran para pendidik untuk menunjuki mana yang positif dan mana yang negatif dari pengalaman anak.
Sedang cinta, merupakan satu kata yang memiliki berjuta makna. Ia tidak pernah habis digali, ia juga merupakan inspirasi bagi para pujangga, jika diselami, ia lebih dalam dari samudra yang paling dalam. Ia lebih tinggi dari tujuh lapis langit. Cinta bersemayam di dalam hati orang-orang yang ikhlas, yaitu sebuah rahasia dari rahasia Allah di dalam hati manusia yang paling dalam.
“Mendidik” dan “Cinta” adalah dua kata yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan. Mendidik tanpa cinta akan berujung hambar, karena cinta adalah tali ikatan batin yang tertanam di dalam hati antara guru dan pendidik (guru). Antara suami dan istri. Antara pemimpin dan rakyat. Dan lain sebagainya. Cinta lah yang menjadikan pertemuan antara pendidik dan anak didik menjadi bermakna.
Demikian juga sebaliknya, Cinta tanpa mendidik akan berujung penyesalan. Ibarat pesawat terbang yang tiada tempat untuk mendarat. Maka ia terus terbang, terbang dan terbang hingga bahan bakar habis, mesin akan mati, dan akibatnya akan jatuh hancur berkeping-keping. Cinta kepada anak lalu memanjakannya akan menyebabkan ia tidak mandiri. Segala keinginannya dipenuhi, tidak peduli itu baik atau buruk baginya sehingga ia tidak bisa lagi membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, yang hak maupun batil. Setiap kali anak melakukan kesalahan tidak pernah diberi punishment, sehingga ia selalu merasa benar dan menang sendiri. Dan pada akhirnya ia menjadi anak yang egois.
Rasulullah Saw adalah contoh pendidik idola. Beliau mendidik sahabat-sahabatnya dengan cinta. Sehingga jika ditanya pada setiap sahabat satu persatu, maka sahabat itu selalu merasa bahwa dirinya yang paling dekat dengan Rasul. Itu disebabkan aura Rasulullah yang amat dekat dengan mereka.
Jika mendidik dan cinta telah menyatu di dalam hati. Maka mulailah saatnya generasi penerus ini bangkit menjadi leadership, di muka bumi ini, yang dekat dengan Tuhannya dan baik hubungannya dengan sesama manusia.
Ikhlaskan Niat
Segala amal perbuatan tergantung pada niatnya. Hanya niat yang ikhlas yang mendapat ridho dari Allah Swt. Ketika sahabat bertanya kepada Nabi Muhammad Saw perihal mengenai ikhlas ini. Rasulullah Saw tidak dapat menjawab, lalu bertanya pula kepada malaikat jibril, malaikat Jibril pun tidak mampu menjawab, selanjutnya Jibril dimintakan oleh Rasul bertanya kepada Allah Swt, lalu Allah menjawab “Ikhlas adalah suatu rahasia dari rahasiaku yang aku tempatkan di dalam dada hamba-hambaku yang beriman.” Niat Ikhlas mengharap ridho Alllah merupakan barometer dalam kesuksesan mendidik. Memperbaiki niat yang salah merupakan awal babak baru dalam dunia kependidikan. Mulailah segera.
Kerjakan Sebelum Engkau Ajarkan Kepada Mereka
Ada kata mutiara yang berbunyi sebagai berikut; “Lebih baik engkau memberi contoh yang baik dari pada engkau memberi nasehat yang baik.” Artinya segeralah lakukan amalan sebelum kita mengajarkan amalan itu kepada anak didik. Semua orang pandai bicara, tapi banyak orang yang gagal melaksanakannya, bahkan hanya sedikit orang yang mau mengamalkannya dan yang lebih memprihatinkan lagi tidak diamalkan sama sekali. Rasulullah adalah orang yang paling awal memberikan contoh yang baik sebelum ia memberi nasehat yang baik itu.
Berikan Senyum Yang Tulus
“Senyumnya kamu terhadap saudaramu adalah sedekah.” (HR. Ahmad). Jangan pernah pelit memberi senyum, karena senyum adalah sedekah yang paling mudah bahkan tidak perlu mengeluarkan biaya sedikit pun. Tersenyumlah, karena tersenyum akan mengobati hati orang yang sedang gelisah dan mendekatkan bathin anak didik pada gurunya.
Cari 1000 Alasan Untuk Tidak Marah
Pada Pelatihan “Menuju Pendidik Yang Visioner, Cerdas dan Mencerahkan” bersama Ibu, Ery Soekrisno, Msc. Disebutkan, carilah 80 alasan untuk tidak marah kepada anak didik. Tapi di sini penulis tambahkan lagi hingga menjadi 1000 alasan untuk tidak marah. Hal ini dimaksudkan agar kita tidak boleh marah. Kalau dahulu, kita pernah mendengar, “kesabaran itu ada batasnya”. Tapi sekarang kita harus fasih mengatakan bahwa “kesabaran itu tidak ada batasnya”. Kenapa? Jawabannya ada pada hadis Rasul yang artinya, “Janganlah kamu marah, niscaya kamu akan mendapatkan syurga.” (HR. Abu Dunya).
Selamilah Dunia Anak Didikmu
Dunia anak adalah dunia bermain dan bermain peran. Karena hanya dengan bermain dan bermain peran lah mereka tumbuh menjadi generasi yang cerdas. Maka didalam mendidik hubungkan dengan nuansa bermain dan ceria. Untuk lebih serunya lagi, buatlah pembelajaran dengan sistem kompetisi agar mereka menjadi termotivasi dan cinta dengan pelajaran itu.
Berdo’a dan Tawakkal
Semua pendidik menginginkan anak didiknya menjadi orang yang sukses. Sukses dunia dan akhiratnya. Akhir dari usaha itu semua tentu kita kembalikan lagi kepada Yang Maha Kuasa, yaitu Allah Swt dengan berdo’a dan bertawakkal.
Embun Penyejuk Hati
Padang, 25 April 2011